Laman

Senin, 30 Juli 2012

Sang Ketua Umum Parpol tak Harus Calon Presiden??

Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
Politisi Muda Partai golkar
(Mahasiswa Pascasarjana Usakti)
 
Kini terbuka prospek baru bagi Gubernur yang berprestasi memimpin provinsinya untuk berharap bukan sebatas diangkat menjadi menteri dalam kabinet yang akan disusun oleh presiden terpilih, namun juga berpotensi mencalonkan dirinya sebagai presiden. 
Bercermin pada Pilkada DKI Jakarta yang membuka peluang kemenangan pasangan Jokowi-Ahok, terlihat jelas bahwa pemimpin di daerah yang berprestasi memiliki kesempatan untuk menawarkan keberhasilannya tersebut ke tingkat yang lebih tinggi, bukan sebatas di daerahnya saja melainkan di daerah lain.
Sebenarnya di negara-negara yang sistem demokrasinya sudah baik, proses seperti itu merupakan hal biasa. Seperti calon-calon presiden di AS biasanya adalah mantan senator atau mantan gubernur. Fakta seperti ini merupakan tantangan baru bagi parpol dengan mengubah paradigma bahwa calon presiden adalah monopoli ketua umumnya. Pertanyaan peting yang harus digaris bawahi, beranikah kita mencobanya dalam pilpres 2014?
Tudingan macetnya kaderisasi di tubuh parpol selama ini dialamatkan pada anggapan bahwa ketua umum adalah satu-satunya sosok yang memiliki otoritas untuk diusung. Sayangnya, kebiasaan mengusung ketua umum itu berlaku di semua tingakatan, dari pusat sampai daerah. Padahal tugas utama pemimpin parpol adalah menominasikan kader terbaiknya, bukan memaksakan dirinya sendiri. 
Tokoh-tokoh muda yang bersih dan berprestasi di bidang apa pun ditantang untuk terus menyuarakan aspirasinya, bukan semata untuk meraih kekuasaan melainkan untuk menunjukkan kepada rakyat bahwa negara sedang diurus dengan cara yang benar. Tidak perlu lagi ada penghamburan uang untuk membuat baliho atau pembagian uang recehan atau bahkan iming-iming palsu dalam balutan kemunafikan kepada rakyat. 
Kini sudah saatnya kader-kader parpol bersepakat melepas tradisi mengandalkan kekuatan uang sebagai faktor penentu kepemimpinannya, karena kenyataan tak terbantahkan bahwa rakyat sudah semakin kritis.

Kebocoran Tata Kelola Keuangan Negara

Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
(Mahasiswa Pascasarjana Universitas Trisakti)


Keuangan negara saat ini belum dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengabaian terhadap ketaatan pada aturan tersebut berakibat dengan mudahnya dapat dijumpai penyimpangan hingga berpotensi merugikan keuangan negara karena terjadi kebocoran.

Sejumlah aturan tentang pengelolaan keuangan negara sebenarnya sudah sangat memadai, seperti : Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Lainnya.

Laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), tahun anggaran 2011, yang dilaporkan ke DPR beberapa waktu lalu terdapat kasus senilai Rp 11,83 triliun merupakan temuan kerugian, potensi kerugian dan kekurangan penerimaan.

Menurut pandangan saya ada tiga hal yang menyebabkan laporan keuangan daerah atau pemerintah masih jauh dari harapan. 

Pertama, kapasitas pengelola keuangan daerah memang tidak memadai. Artinya, sumber daya yang menangani keuangan di daerah itu kualitasnya masih rendah. Bisa karena orang baru atau tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keahliannya.

Kedua, adanya kebocoran yang dilakukan oleh atasan atau pemangku jabatan. Karena kebocoran tersebut, lalu kesulitan untuk mempertanggungjawabkan. Adanya problem yang tidak bisa dilaporkan, karena penggunaan keuangan oleh pimpinan mereka. Kondisi itu menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak benar.

Ketiga, kesulitan dalam menyampaikan laporan keuangan daerah atau pemerintah. Kondisi yang penyebab pelaporan keuangan belum banyak yang akuntabel.

Sabtu, 28 Juli 2012

Momentum Restorasi

Restorasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia dapat dapat dimaknai Sebagai :
Pertama, pengembalian atau pemilihan kepada keadaan semua; dan kedua, gerbong kereta api yang dijadikan restoran. Kedua makna ini relevan dalam perspektif pencarian jati diri manusia di bulan Ramadhan, mengapa?
karena dalam bulan Ramadhan diwajibkan berpuasa. Gunanya antara lain sebagai sarana menyucikan diri. Secara fisik, puasa ibarat turun mesin. Pencernaan yang bekerja sepanjang tahun, dengan puasa ia menjadi istirahat sejenak.

Secara spiritual, puasa menjadi sarana penyucian karena dalam puasa tak hanya makan, minum, dan hubungan badan yang dihindari, tapi juga semua perkataan dan perbuatan tercela.

Tak hanya itu, dalam momentum puasa juga ada kewajiban membayar zakat, yang secara harfiah bermakna penyucian. Sebagian kecil harta yang kita miliki harus diberikan kepada fakir miskin. Gunanya agar harta yang kita miliki menjadi bersih karena siapa tahu dalam proses kepemilikannya ada bagian yang diperoleh secara tidak sah. Tapi perlu dicatat, zakat bukanlah semacam money loundering bagi harta yang diperoleh secara tidak sah. Harta hasil korupsi misalnya, tetap saja haram walaupun sudah dikeluarkan zakatnya.

Karena dalam puasa ada proses penyucian jiwa, raga, juga harta maka bagi yang telah sukses melalui semua proses itu, ia berhak untuk (berharap) kembali pada fitrah yang secara harfiyah menurut bahasa Arab berarti idul fitri. Manusia yang dalam perjalanan panjangnya (mungkin) banyak berbuat dosa, jika ia berpuasa dengan kesungguhan dan ketulusan maka ia menjadi suci kembali bagaimana bayi yang baru lahir. Idul Fitri, dengan demikian, bisa juga bermakna restorasi yang bermakna proses pengembalian diri pada kondisi semula.

Kedua, apa relevansi Ramadhan dengan restorasi yang bermakna gerbong kereta api restoran? Karena Ramadhan meskipun secara fisik berpuasa (tidak makan dan minum), secara rohani sebenarnya justru menjadi “restoran” untuk menyantap segala macam gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi dahaga spiritual.

Dalam pengembaraan selama sebelas bulan lamanya, manusia akan melewati segala macam tantangan dan godaan. Apakah semua manusia akan selamat dari tantangan dan godaan itu? Jawabannya pasti tidak. Selalu ada manusia yang terjerumus, menjadi lapar serta haus secara spiritual. Pada manusia seperti ini, puasa akan menjadi oase, atau menjadi “restoran” yang tempat bersantap ruhani. Puasa satu bulan lamanya diyakini akan menghapus dosa-dosa yang  sudah dilakukan sebelumnya.

Cuma perlu dicatat, puasa yang mampu menghapus dosa-dosa masa lalu adalah yang memenuhi dua syarat: pertama, dengan keimanan. Yakni dengan keyakinan penuh bahwa kita benar-benar berpuasa karena menjalankan perintah-Nya. Karena kepatuhan kepada Yang Maha Memiliki bahwa kita berasal dari-Nya dan akan kembali pada-Nya.

Puasa merupakan proses kembali, tapi bukan kembali seperti anak durhaka yang pulang ke rumah orang tua yang telah disia-siakan, melainkan kembali dengan baik karena selama merantau benar-benar menjalankan titah-titah-Nya. Puasa adalah proses pengembalian ruhani pada (sifat-sifat) Tuhan karena puasa merupakan satu-satunya ibadah yang diakui milik-Nya dan hanya Dia yang berhak memberi imbalan .

Syarat yang kedua, dilakukan dengan otokritik dan mengaca diri (muhasabah). Jika puasa diyakini sebagai ibadah milik Tuhan maka sebelum menjalankannya harus ada proses kalkulasi apakah dosa-dosa yang telah kita perbuat lebih sedikit, berimbang, ataukah lebih banyak dari kebaikan-kebaikan yang kita lakukan. Jika kebaikannya lebih sedikit maka bersegeralah memohon ampunan dan berbuat baiklah sebanyak-banyaknya sehingga kebaikan bisa mengungguli dosa-dosa.

Hanya dengan dua syarat inilah, puasa kita akan benar-benar menjadi momentum restorasi. Momentum untuk mengembalikan kita pada kondisi asal mula kejadian  yang benar-benar suci dan bersih. Momentum untuk memberikan gizi profetik pada jiwa yang kusam karena terlampau lama tertimbun debu sepanjang perjalanan.

Minggu, 22 Juli 2012

GETS Sebagai Penghubung Mobilitas Desa dan Kota


Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
Politisi Muda Partai Golkar
(Mahasiswa PascaSarjana Usakti)
  1.  Government: untuk mengatur semua kegiatan yang ada baik didesa maupun dikota maka diperlukanlah peran pemerintah disegala aspek kehidupan masyarakat agar tercapai kesejahteraan dan keteraturan dalam kehidupan masyarakat
  2. Energy: energi diperlukan sekali untuk kelancaran kegiatan industri maupun kegiatan individu yang ada dikota maupun didesa.
  3. Transportation: transportasi merupakan alat yang penting sebagai penghubung antara desa dan kota. Kelancaran transportasi akan memberikan akses yang mudah untuk dapat melancarkan kegiatan perdagangan dan perniagaan desa ke kota ataupun sebaliknya.
  4. Settlement: masalah mikro dari kota adalah berkaitan dengan internal kota itu sendiri, sebagai akibat dari pertambahan penduduk, migrasi dan fasilitas yang disediakan oleh kota yang semakin besar maka diperlukanlah pemukiman yang tertata dengan bagus dan rapi untuk dihuni oleh penduduk kota.

Bagaimana cara mendorong perkembangan ekonomi perkotaan? Adalah saling melengkapi antara desa dan kota hal ini ditandai dengan mobilitas AMIR-TINA
Cara menghitung mobilitas adalah:
  • Menghitung jumlah kendaraan yang masuk dan keluar dari kota tersebut
  • Meghitung orang yang masuk dan keluar dari kota tersebut
  • Dengan interaksi yang ada dalam kota tersebut
2 hal yang diperlukan dalam pengembangan kota
  • Semua permintaan dipengaruhi oleh disposible income: food, dan non food
  • Capital mendorong ekonomi lebih cepat
Faktor  pengukur ekonomi perkotaan
·         Perputaran uang
·         Penyerapan tenaga kerja

Dalam Memahami Ekonomi Regional ada 3 Hal yang harus diperhatikan



Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
Politisi Muda Partai Golkar
(Mahasiswa Pascasarjana Usakti)

1.      Lokasi
komponen yang terdapat dalam lokasi adalah biaya produksi (ongkos transport tempat bahan baku, dan pasar).
Menurut Weber (1909) tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum.

2.      Akses dan interaksi menyangkut sarana dan prasarana
Faktor aksesibilitas atau kemudahan pelayanan selalu menjadi fokus kebijakan dalam memenuhi kebutuhan suatu kota dan berhubungan dengan ekonomi regional selain lokasi dan ketergantungan. Faktor aksesbilitas selalu menjadi fokus kebijakkan karena berkaitan dengan fungsi kota itu sendiri dalam skala yang lebih besar yaitu sebagai pusat perdagangan dan perniagaan, maka akses dari kota menuju wilayah diluar kota yang berkaitan dengan lalu lintas harus berjalan lancar. Perencanaan transportasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebijakkan untuk melakukan perencanaan kota dan wilayah. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola transportasi yang akan terjadi sebagai akibat dari rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu lintas di kemudian hari. Akibat lebih lanjut adalah meningkatnya jumlah kecelakaan, pelanggaran, dan menurunnya sopan-santun berlalu-lintas, serta meningkatnya pencemaran udara. Jaringan jalan yang direncanakan secara tepat akan merupakan pengatur lalu lintas yang baik. Jadi ada kaitan antara perencanaan kota dengan perencanaan transportasi. Perencanaan kota mempersiapkan kota untuk menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya berbagai persoalan agar kota menjadi suatu tempat kehidupan yang layak. Sedangkan perencanaan transportasi mempunyai sasaran mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat, dan nyaman, dan mencegah terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan-jalan dalam kota, sehingga tinggi ekses orang melalui tempat tersebut. Contoh kebijakkan penangan transportasi kota adalah kebijakkan penggunaan sistem teknologi baru dan lebih canggih untuk kelancaran transportasi, seperti interchanges, jalan-jalan layang (fly overs), jalan melingkar, jalan bebas hambatan (freeways), jalur kereta layang (elevated railways track), tanda-tanda lalu lintas yang terkoordinasi, dan sebagainya untuk menampung kecepatan yang lebih tinggi dan aliran (jumlah) lalu lintas yang lebih besar, terutama di daerah perkotaan. Contohnya untuk sumbar adalah pengaktif an kembali transportasi kereta api di daerah-daerah rawan longsor sehingga jika terjadi longsor ada alternatif jalan lain yang bisa digunakan masyarakat, sehingga nantinya pengangkutan barang tidak terhambat.

3.Ketergantungan, keterhubungan
konsep kota adalah tempat terkonsentrasinya semua kegiatan, fungsi dari kota adalah sebagai tempat konsentrasi, tempat tinggal, tempat pekerjaan lalu lintas dan sebagai tempat rekreasi, untuk itu segala sesuatu yang ada dikota dapat ditata dengan baik seperti area perumahan dimana rumah atau perumahan yang ada dikota hars di tata dengan bagus serta didukung dengan sarana pendukung listrik, air, jalan yang bagus dan sebagainya.

Regional ekonomi                                                                                           urban ekonomi








Oval: TINA




A= AGRICULTURE       G=GOVERNMENT                               T=TRADE,TOURISM
M=MININGS               E=ENERGY                                           I=INVESTMENT
I=INDUSTRY                T=TRANSPORTATION                        N=ENTERTAINMENT
R=RESOURCES                        S=SATTLEMENT                                  A=ACTIVITIES

AMIR:
a.Agriculture: seperti tanaman pangan, kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan.
b.Minings: minings adalah pertambangan, keberadaan pertambangan pada umumnya terletak di wilayah pedesaan atau regional ekonomi contonya disumatera barat pertambangan batu bara yang terdapat disawahlunto.
c.Industies: industri-industi pada umumnya banyak terdapat di daerah pedesaan karena lahan yang luas  dan dekat dengan bahan baku.
d.Resources:segala sumber-sumber daya yang ada pada umunya banyak terdapat di wilayah pedesaan, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
TINA                           
a.Trade, tourism : kota merupakan pusat terkonsentrasi semua kegiatan diantaranya pusat perdagangan dan pusat pariwisata, dalam hal ini dapat kita lihat dari apa yang ada disekitar kita contohnya padang dan bukittinggi, kedua kota tersebut merupakan kawasan atau wilayah yang menjadi tujuan utama dari para pelancong baik yang datang dari luar maupun dari dalam sumbar untuk berkunjung ke wilayah ini. Bukittinggi memiliki banyak objek wisata alami maupun objek wisata peninggalan perang dahulu seperti lobang jepang untuk dikunjungi. Sedangkan kota padang memiliki pantai yang indah, dan pusat-pusat perbelanjaan yang besar yang tidak dimiliki oleh wilayah disekitar sumbar lainnya untuk itu banyak orang berkunjung ke kota padang
b.Investment: kegiatan investasi banyak terdapat dikota dari pada di wilayah pedesaan hal ini terjadi karna kota lebih cepat perputaran uangnya dari pada desa, kegiatan investasi dikota contoh kegiatan investasi adalah pendirian rumah sakit swasta.
c.Ntertaiment : hiburan atau rekreasi banyak terdapat dikota, seseorang yang ingin terkenal dan ingin menjadi entertaiment harus pindah dulu kekota, karena hal ini tidak ada didesa.
d.Activities: berbagai macam aktifitas ada dikota, baik itu aktifitas perkantoraan, pendidikan dan kesehatan ada didesa. Contohnya para mahasiswa yang berasal dari luar kota padang datang kepadang untuk kuliah karena perguruan tinggi yang ada dikota padang memiliki daya tarik tersendiri yang memancing mahasiswa yang berasal dari desa untuk kuliah dipadang

Mencari Alternatif RI 1?

 Mencari Alternatif RI 1
Oleh : Yopi Eka Anroni,SE
(Mahasiswa Pascasarjana Usakti)
Pada tahun 2014, Rakyat Indonesia akan menentukan pemimpinya. Dua tahun bukan waktu yang lama untuk mencari calon presiden (capres) yang sesuai dengan harapan rakyat. Sekedar contoh, dulu, sebelum benar-benar terpilih menjadi presiden pada Pemilu 2004, Susilo Bambang Yudhoyono juga dipersiapkan jauh-jauh hari oleh sekelompok orang yang menginginkannya menjadi presiden. Mereka itulah yang kemudian mendirikan Partai Demokrat yang persiapannya lebih dari dua tahun.

Tapi bukan berarti sudah tertutup pintu bagi tampilnya capres alternatif dalam waktu kurang lebih dua tahun ini. Karena nyatanya, sampai saat ini, belum ada capres yang sudah muncul di permukaan, yang benar-benar dianggap sesuai dengan keinginan rakyat. Sebagian besar rakyat Indonesia menginginkan tampilnya capres selain yang sudah ada sekarang.
Itulah salah satu isyarat dari hasil survai nasional yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada 20 hingga 30 Juni 2012 lalu. Meskipun sudah banyak tokoh yang sudah dicalonkan partainya, dan bahkan sudah melakukan soft campaign dengan memasang iklan di televisi, radio, koran, dan menebar baliho ke seluruh nusantara toh tetap saja, masih belum ada yang dianggap sudah sesuai harapan.

Dalam arti, masih belum ada satu pun yang menjadi pilihan rakyat secara signifikan. Yang dianggap signifikan baru pada tahap popularitas, belum pada elektabilitas. Walaupun popularitasnya sudah ada yang menyentuh angka di atas 90 persen, tapi elektabilitasnya masih di kisaran angka 10 persen ke bawah.

Menurut hasil survai SMRC, popularitas paling tinggi ada pada Megawati Soekarnoputri (93,7%),disusul Jusuf Kalla (88,9%), Prabowo Subianto (78,8%), Wiranto (72,8%), Aburizal Bakrie (70,1), Sultan Hamengku Buwono X (58,3), Anas Urbaningrun (55%), dan Hatta Rajasa (54,1%).

Sedangkan elektabilitas paling tinggi ada pada Prabowo Subianto (10,6%), disusul Megawati (8%), Aburizal Bakrie (4,4%), Jusuf Kalla (3,7%), Surya Paloh (1,4%), Wiranto (1,1%), Sultan HB X (0,9%), Dahlan Iskan (0,9%), dan Hatta Rajasa (0,7%).

Yang menarik, 60 persen dari 1,219 responden belum menentukan siapa dari nama-nama itu yang akan dipilih menjadi presiden mendatang. Jadi, sekali lagi, belum ada satu pun dari capres-capres yang sudah muncul yang benar-benar menjadi pilihan rakyat.

Apakah halini mencerminkan krisis kepemimpinan? Saya kira tidak. Kita punya banyak calon pemimpin, cuma mereka belum punya kesempatan muncul di permukaan. Melihat hasil survai SMRC kiranya inilah peluang terbaik bagi siapa pun yang ingin menjadi presiden untuk tampil, Peluang ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, selagi masih punya waktu.

Tidak atau belum adanya capres yang difavoritkan menjadi bukti otentik bahwa rakyat membutuhkan figur baru untuk presiden yang akan datang. Rakyat memang mengenal dengan baik capres-capres itu karena pada umumnya mereka sudah tampil, baik sebagai presiden maupun wakil presiden, atau capres maupun cawapres. Tapi sudah mengenal bukan berarti tertarik untuk memilih.

Masih menurut hasil survai SMRC, ada sejumlah persyaratan/kriteria yang akan dipilih responden, yakni amanah dan bisa dipercaya (64,3%), tegas (14,9%), perhatian (12,3%), dan pintar (7,8%). Sisanya bersikap apatis atau tidak peduli dengan kriteria.

Mengapa sebagian besar rakyat belum menentukan pilihan capresnya pada Pemilu 2014? Bisa jadi karena --dari nama-nama yang ada-- belum ada yang dianggap tepat sesuai dengan kriteria sebagaimana yang diinginkan. Mencari orang yang amanah dan bisa dipercaya memang bukan persoalan mudah.

Di luar nama-nama yang sudah muncul, saya yakin masih banyak sosok yang layak dipilih menjadi presiden. Siapa mereka? Bila perlu harus kita cari dan kalau sudah ditemukan, kita dorong agar muncul di permukaan. Langkah ini harus kita lakukan karena bangsa ini benar-benar membutuhkan seorang pemimpin yang mampu, bisa diandalkan, dan yang paling penting penting bisa dipercaya.

Masih sangat terbuka bagi siapapun putra-putri terbaik negeri ini untuk menjadi Presiden 2014-2019. Caranya tentu dengan kerja keras. Tapi mengingat waktunya yang sudah relatif pendek, kerja keras itu harus disosialisasikan pada publik. Dan alat sosialisasi yang sangat efektif adalah media televisi.